Cerita Lama



Cerpen ini kubuat pas aku di semester satu dan rencananya mau ku lanjutin di semester 8 ini, hehehe...

******

Aku begitu kaget ketika melihat diriku di depan cermin, rasanya baru kemarin aku adalah gadis berseragam bersih dan rapi, dengan rok selutut, dasi berantakan, tas selempang hitam, sepatu hitam, rambut kepang dua dengan pita biru. Ah gaya siswa sekolahan macam apa ini yang menuntut kedisiplinan ! baiklah karena sekolah ini menuntut aturan yang banyak dan menyebalkan, maka aku juga akan menjadi siswa yang menyebalkan. Oke bapak dan ibu guru .

Hari ini aku adalah mahasiswa di sebuah perguruan tinggi negeri , dengan rutinitas perkuliahan yang padat namun yah aku harus menyukainya. Masa dimana aku hangout hanya dengan rambut terurai, baju kaos hitam, hot pants, sepatu boots dan cat kuku hitam yang membuat tanganku terlihat seperti seorang penyihir. Hah apa kata ibuku jika aku seperti ini di rumahnya, mungkim dia akan mengusirku karena  dia pikir aku ini adalah preman yang akan merampok rumahnya. Kujelajah hari hingga larut dan tak ada yang mempedulikanku, beruntungnya memiliki tempat tinggal tanpa penjagaan.

Menyenangkan memang, setiap hari hanya bersenang-senang hingga nilai ujian turun dan aku masih bisa mendapatkan nilai yang membuatku puas, bahkan sangat puas. I think im okay !

Beberapa orang selalu meyakini cinta pada pandangan pertama . aku juga termasuk golongan berkeyakinan seperti itu, tapi cinta seperti ini tidaklah akan bertahan lama. Itu keyakinanku dulu, ketika aku berkenalan dengan salah satu teman satu angkatan di fakultasku, aku tau aku menyukainya, dan aku tau ini adalah seperti yang kubilang tadi. Tapi semakin lama perasaan ini sepertinya semakin dalam, seperti tumor yang menggerogotiku. Ah lebih bodohnyalagi aku menjadi seperti orang yang bodoh, dingin , dan cuek di hadapannya karena aku tidak mampu untuk menahan perasaan yang besar ini trhadapnya. Aku sekali lagi meyakinkan diriku, kita adalah teman,bersikaplah selayaknya teman, dan jadilah teman yang baik bagi dirinya! Oke!

Liburan semester awal, sesuatu yang dinantikan seluruh umat manusia, tapi mungkinkah aku bukan manusia karena aku sangat membencinya karena itu berarti aku tidak bisa bertemu dengan dia secara langsung, meskipun kecanggihan teknologi yang bisa membuatku masih bisa memperhatikannya melalui dunia maya. Tapi hal ini tidak semenyenangkan ketika aku berjumpa dengannya. Liburan ini kuhabiskan di bali, sebuah pulau yang cantik. Kemudian aku pulang mengunjungi keluargaku tercinta dan harus menyaksikan keributan dan kenakalan adik2ku, omelan ibuku ketika aku harus pulang terlambat, hahhh aku sepeti kembali menjadi anak anak disini, bagaimana tidak ayahku masih saja membelikanku es krim yang sama dengan adik2ku.

Semester baru , penampilan baru. Yah aku memutuskan untuk berhijab. Awalnya sangat sulit memang, kebanyakan tenaku tidak percaya denganku bahkan kakakku sendiri -_-, mereka pikir ini hanya untuk sementara saja. Oh apakah mereka tidak melihat kesungguhanku?sial!!

Pertama kali memakai hijab ini sepertinya aku adalah orang yang sangaat bahagia di dunia entah apa yang terjadi dalam diriku ini . Meskipun terkadang aku melepasnya juga saat keluar dengan teman temanku dan kembali pada gayaku. Ah benar benar aku tak mengerti dengan apa kemauanku, aku merasa seperti gadis 15 tahun yang sedang menjadi jati dirinya. Oh padahal usiaku ini adalah 19 tahun -_-

Rasanya menjadi orang yang dikendalikan mood itu tidak enak, mulai dari penampilanku yang tidak konsisten, sewaktu waktu seperti orang yang tomboi, berantakan, menjadi feminin, dan terkadang terlihat seperti preman pasar. Ya mungkin ini masa pancaroba kedua, haha. Dan untuk emosi yang terkadang meluap luap atau bahkan pada titik tenang dalam hidupku. Aku menjadi orang yang sangat ambisius dan tiba tiba menjadi putus asa. Dan sedih marah bahagia dalam kendali substansi yang disebut mood. Aku terkadang bingung juga dengan perasaanku yang berubah ubah , dan karakterku yang terkadang berbeda, maksudnya terkadang aku merasa menjadi orang lain, orang yang berbeda dan itu membingungkanku. Apa sebenarnya mauku ini?

Sudah berapa tahun aku tinggal di kota ini, namun aku masih saja menyukai pria yang sama, yang kubilang cinta pada pandangan pertamaku itu. Hal ini benar benar mematahkan teoriku bahwa perasaan cinta itu akan hilang dalam hitungan bulan. Tapi kenapa dia belum juga pergi dari ingatanku, dan lebih menyedihkan ketika aku hanya bisa menyembunyikannya dengan rapat tanpa ia tau. Seertinya ini sangat berhasil.

Sepertinya aku agak mulai bosan dengan kehidupan ini. Ah apa ini, seperti pertanyaan filosofis kebanyakan , apa yang aku cari dari hidupku ini? Aku mulai bosan dengan suasana kota ini, bosan dengan makananya, bosan dengan rutinitas perkuliahan, bosan dengan tempat hiburan disini. Ahh mungkin sebaiknya aku menemui rumahku , keributan, kekonyolan, kenakalan, kebersamaan, yah semuanya yang ada dibawah atap rumahku, aku merindukannya. Dan aku berjanji tidak akan merindukan pria pujaan rahasiaku itu ,hihi.

Aku yang mulai mendalami sastra dan filsafat secara pribadi,aku menyukai puisi alfred tennyson in memoriam, karya sapardi djoko damono, ws rendra dan baru baru ini dante alighieri yang kusuka darinya adalah karyanya la divina comedia terutama untuk bagian infernonya , ah aku benar benar terpana. Beberapa tulisanku kukirim di media massa namun tidak ada yang menerimanya, ah memang aku adalah penulis yamg payah! Karena aku adalh penulis yang hanya akan menulis ketika aku mau saja.

Sejak dibangku SMA aku sudah menyukai sastra dan filsafat. Dan lucu rasanya jika harus membaca ulang karyaku selama beberapa tahun kebelakang, bahkan aku senyum senyum sendiri olehnya, bahasanya sangat payah, lebai alai, ah aku bahkan malu lketika membacanya. Filsafatpun yang kutahu hanuya sedikit, dan semakin membingungkanku ketika setiap orang memiliki gagasan yang berbeda satu sama lain, bahkan bertentangan membuatku terkadang bertanya tanya arti dari kebenaran, dan apakah kebenaran itu benar ada jika setiap orang memiliki kebenarannya sendiri maka bukankah kebenaran itu sifatnya subjektif. Lalu dimana letak kebenaran yang bersifat universal dan sudah benar benar BENAR! Begitulah filsuf yang menurutku hanya membual , hanya mengutarakan pikirannya dan seakan akan mereka berbicara tentang kebenaran. Ah sial!

bersambung....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kebudayaan Atambua : Rumah Adat dan Kain Tais

Resensi Novel – Lolita by Vladimir Nobokov

How To Be A Lucky Man?