Fiksi
Ori adalah sahabat masa kecilku ketika di Karangasem Bali, sebuah kota
kecil yang tenang dan damai. Ori adalah lelaki sulung di keluarganya,
yang merupakan anak yang agak hiperaktif dan nakal, namun aku lebih
nakal darinya, hha. Ia memiliki sepasang adik perempuan kembar identik
bernama Alice dan Lucy. Kedua adiknya memiliki sifat yang aneh
menurutku, mereka pendiam, pemalu, sering menyendiri ( selalu berdua),
dan setiap aku bermain ke rumah Ori mereka selalu menatapku dengan
pandangan yang tajam dan aneh, membuatku ketakutan.
Keluarga Ori sangat kaya, mereka memiliki hotel mewah di daerah wisata Candidasa, selain itu beberapa hotel lainnya yang berdiri di luar kota ini ( aku tidak tau dimana saja letaknya, namun masih dalam lingkup pulau Bali) yang jumlahnya sekitar 16 hotel.
Aku terpaksa meninggalkan Ori ke Solo mengikuti kepindahan keluargaku karena ayahku di pindah kerjakan . Namun sebenarnya bukan itu alasan kepindahan keluarga kami, mereka menyembunyikan sesuatu dariku. Saat itu umurku 7 tahun, ketika sakitku semakin parah bahkan kata ibuku badanku pucat dan dingin seperti mayat hidup.
Semenjak usiaku 5 tahun aku memang sering sakit-sakitan seperti demam ataupun sakit yang membuatku seperti orang linglung dan kehabisan darah. Entah apa penyebab penyakitku ini, tapi dokter hanya berpendapat jika aku anemia. Tapi ibuku adalah orang yang percaya terhadap hal hal mistis, ia berpendapat bahwa sakitku adalah dikarenakan oleh hal gaib.
Karena penyakitku itu aku sering izin dari sekolahku, saat saat seperti ini Ori tetap saja meluangkan waktunya untuk menjengukku, yang pada akhirnya dia malah dimarahi ibuku karena mengganggu istirahatku katanya. Oh demi apa, aku dilarang bermain dengannya, bahkan ketika aku sembuh ibuku selalu melarangku berteman dengan Ori, jika aku ketahuan bersamanya maka aku akan dikurungnya di kamar tidurku.
Pernah suatu hari aku ketahuan sedang bermain bersama Ori, ibuku langsung menggandengku, memaksaku untuk pulang, pantatku beberapa kali dipukulnya hingga aku menangis keras sekali. Aku dikunci di kamar sampai sore, hingga ketika ibuku membuka pintu kamarku hendak mengajakku makan malam ia terkejut karena aku sudah tidak ada di kamar lagi.
Ia, sore itu ketika ibuku sedang memasak di dapur dan ayahku belum pulang bekerja (yah ayahku sering kerja lembur) tiba tiba terdengar suara ketukan dari jendela kamarku
"Wini, buka pintu jendelanya, ayo kita main"
"Bagaimana mungkin, jendela ini tidak bisa kubuka karena ibuku mengganjalnya dengan sesuatu dari luar sana"
Dengan tiba-tiba Ori membuka jendela dan mengajakku untuk keluar , malam ini aku menginap di rumahnya.
***
Ini kali pertama aku bermalam disini, rumah ini mewah dan halamannya luas serta banyak pepohonan tumbuh namun begitu sunyi. Aku tidur dikamar pembantu Ori yang gagu, iya mbak Ira tidak bisa berbicara karena ia tuli sejak lahir. Orangtua Ori tidak tinggal disini, mereka sering pergi keluar kota.
Keluarga Ori sangat kaya, mereka memiliki hotel mewah di daerah wisata Candidasa, selain itu beberapa hotel lainnya yang berdiri di luar kota ini ( aku tidak tau dimana saja letaknya, namun masih dalam lingkup pulau Bali) yang jumlahnya sekitar 16 hotel.
Aku terpaksa meninggalkan Ori ke Solo mengikuti kepindahan keluargaku karena ayahku di pindah kerjakan . Namun sebenarnya bukan itu alasan kepindahan keluarga kami, mereka menyembunyikan sesuatu dariku. Saat itu umurku 7 tahun, ketika sakitku semakin parah bahkan kata ibuku badanku pucat dan dingin seperti mayat hidup.
Semenjak usiaku 5 tahun aku memang sering sakit-sakitan seperti demam ataupun sakit yang membuatku seperti orang linglung dan kehabisan darah. Entah apa penyebab penyakitku ini, tapi dokter hanya berpendapat jika aku anemia. Tapi ibuku adalah orang yang percaya terhadap hal hal mistis, ia berpendapat bahwa sakitku adalah dikarenakan oleh hal gaib.
Karena penyakitku itu aku sering izin dari sekolahku, saat saat seperti ini Ori tetap saja meluangkan waktunya untuk menjengukku, yang pada akhirnya dia malah dimarahi ibuku karena mengganggu istirahatku katanya. Oh demi apa, aku dilarang bermain dengannya, bahkan ketika aku sembuh ibuku selalu melarangku berteman dengan Ori, jika aku ketahuan bersamanya maka aku akan dikurungnya di kamar tidurku.
Pernah suatu hari aku ketahuan sedang bermain bersama Ori, ibuku langsung menggandengku, memaksaku untuk pulang, pantatku beberapa kali dipukulnya hingga aku menangis keras sekali. Aku dikunci di kamar sampai sore, hingga ketika ibuku membuka pintu kamarku hendak mengajakku makan malam ia terkejut karena aku sudah tidak ada di kamar lagi.
Ia, sore itu ketika ibuku sedang memasak di dapur dan ayahku belum pulang bekerja (yah ayahku sering kerja lembur) tiba tiba terdengar suara ketukan dari jendela kamarku
"Wini, buka pintu jendelanya, ayo kita main"
"Bagaimana mungkin, jendela ini tidak bisa kubuka karena ibuku mengganjalnya dengan sesuatu dari luar sana"
Dengan tiba-tiba Ori membuka jendela dan mengajakku untuk keluar , malam ini aku menginap di rumahnya.
***
Ini kali pertama aku bermalam disini, rumah ini mewah dan halamannya luas serta banyak pepohonan tumbuh namun begitu sunyi. Aku tidur dikamar pembantu Ori yang gagu, iya mbak Ira tidak bisa berbicara karena ia tuli sejak lahir. Orangtua Ori tidak tinggal disini, mereka sering pergi keluar kota.
Komentar
Posting Komentar