Cerbung: Penyihir? Bajak Laut !!!

Bagian 1
“Hiaaaaaaaaaaaatt..” pedang dengan panjang yang hampir menyamai tinggi tubuhku kuayunkan memutar tubuhku sehingga mampu melukai siapapun yang ada di sekelilingku. Tak peduli itu kawan ataukah lawan yang kena tebas oleh ujung tajam pedang ini karena aku melakukannya dengan mata yang tertutup. Bukan. Bukannya aku takut akan perang, oh meskipun ada sedikit rasa takut itu sih. Hanya saja aku benar-benar tak bisa membedakan mana lawanku dan mana kawanku. Ah konyol memang, tapi aku serius tentang ini! Mereka semua sekilas tampak mirip karena kami menggunakan baju perang dengan desain yang bisa kubilang sangat sangat mirip sekali. Oh apakah kostum perang ini dibuat di tempat pembuatan baju perang yang sama dengan punya musuh?

“Hei bodoh! Apa yang kau lakukan hah! Dasar idiot!!” bentakan Sean menyadarkanku. Aku membuka mataku dan menoleh kearah sumber suara itu.

“Apa maksudmu?”

“Berperanglah layaknya seorang pria, bocah! Jangan permalukan klan Hora!”

Sean adalah sahabatku. Sahabat terbaikku malah. Dia adalah keturunan asli klan Hora, tidak sepertiku yang sepertinya telah banyak mengalami persilangan dan mutasi genetic. Klan Hora merupakan klan yang kuat dan tangguh di Bangsa Neresis. Kurasa merupakan klan yang memang diciptakan Tuhan untuk bertarung. Sean sudah mengikuti tiga kali perang selama 23 tahun hidupnya, dan ini adalah perang keempat baginya.

Sedangkan aku hanyalah pemuda 17 tahun yang baru pertama kali terjun ke medan perang. Ditengah latihanku yang belum sempurna aku dipaksa mengikuti perang ini, kata guruku sih sebagai latihan langsung. Tapi aku tau betul jika di Bangsa kecil ini jumlah prajurit perang sudah sangat minim sehingga orang amatir sepertiku diikutkan terjun langsung kedalamnya. Huh merepotkan memang!!

Bahkan Aido si koki yang perawakannya besar itu diikutkan juga, padahal dia sangat jago memasak dan kuakui masakannya itu sangatlah enak. Bahkan aku sering diam-diam membantunya memasak di dapur, padahal itu hanya alibiku untuk bisa mencicipi masakannya itu, mencicipi dalam porsi besar hahaha…

Saat aku bertanya pada kapten untuk apa Aido diikutkan berperang, kalau dia mati kasihan sekali kita para awak kapal, terutama aku sebagai penggemar berat masakannya. Kata kapten sih badannya yang besar itu mengindikasikan kekuatannya yang besar juga dan sayang sekali jika orang sehebat itu harus menghabiskan hidupnya di dapur. Uh.. alasan konyol macam apa itu!

Meskipun aku adalah anggota klan Hora, tetapi fisikku tidaklah setangguh klan Hora lainnya. Huh. Apakah aku ini anak haram? Pernah kutanyai hal ini pada ibuku. Ibuku agak berfikir lama sebelum menjelaskannya padaku, ini mencurigakan sungguh. Jadi beginilah ceritanya, seluk beluk keberadaanku.

Aku dilahirkan dari percampuran klan-klan di Neresis. Dimulai dari kakek buyutku adalah klan Hedof menikah dengan wanita klan Sois. Kemudian anak mereka yang merupakan kakekku menikah dengan wanita klan Neera. Kemudian lahirlah ibuku yang nantinya menikah dengan ayahku dari klan Hora. Kemudian lahirlah aku Ken Hora. Secara biologis aku membawa gen Hora di dalam tubuhku, tetapi secara fisik aku lebih menyerupai klan Sois dengan perawakan yang normal, ehm maksudku tidak besar dan tidak kecil, itu definisi normal menurutku. Serta kulit yang putih dan rambut hitam kecoklatan.

Ibuku menambahkan lagi, katanya di atas buyutku yang merupakan leluhurku juga saling menikah silang seperti itu, huh sejarah yang panjang dan rumit. Antara percaya dan tidak sih, karena di bangsaku Neresis sangat jarang ada persilangan keluarga yang variasinya sampai sebanyak itu. Apalagi sepengamatanku selama ini, sepertinya hanya aku saja klan Hora yang berkarakter seperti ini. Ibuku hanya bisa menyanggah “klan Hora adalah klan yang jarang melakukan perkawinan silang dengan klan luar. Kau beruntung menjadi satu-satunya klan Hora yang berbeda, ahahah..” oh God, ibuku berkata seperti itu sambil tertawa.

“Ken, lihat pria itu! Lima meter di  depanmu! Dia adalah pangeran Afrodia IV, jika kau sanggup membunuh putra mahkota itu, maka hidupmu akan bahagia dan bergelimang harta dengan putri Hera, hahahaha, Bersemangatlah!!”

Aku mengalihkan penglihatanku menuju objek yang dituju Sean. Memang ksatria dengan pangkat tinggi macam putra mahkota seperti pangeran Afrodia IV sangat mencolok di tengah perang seperti ini karena baju perangnya terlihat lebih besar, kuat dan sangat kokoh di bandingkan lainnya. Tamengnya juga lebih besar dan ada lambang kerajaan Sandania di tegahnya berwarna keemasan, dan sepertinya itu emas asli. Oh, aku tahu sekarang yang membedakan antara bangsaku dan lawan adalah lambang yang ada di tameng itu, yeah akhirnya aku mampu memecahkan teka-teki perbedaan antara lawan dan kawaku. Tapi… hei-hei, apa-apaan baju keren dan mencolok yang dikenakan pangeran Afrodia IV semacam itu? Apa dia mau pamer kalau dia adalah orang penting atau dia mau mengantarkan nyawanya dengan mudah, yah kau tahu lah kalau kau bisa mengalahkan pemimpin perang lawan, kau akan mendapat apresiasi dari pemimpin di tempatmu mengabdi.

“Aku tidak tertarik membunuhnya! Aku tidak sudi jika harus menikah dengan putri Hera, memikirkan jika aku harus menghabiskan sisa hidupku dengan wanita seperti dia saja membuatku ingin bunuh diri!”

“Ayolah Ken, setidaknya kehidupanmu makmur nantinya, ahahahhah..”

“Heh, kau berisik sekali!” entah kenapa Sean yang terkenal dingin, pendiam dan keren ini tiba-tiba menjadi cerewet sekali. Bisa-bisanya dia ngobrol santai denganku ditengah perang yang mengerikan ini.

Oh ya, sebelumnya ada tradisi di bangsa kami jika siapapun yang mampu membunuh pemimpin perang kubu lawan dalam peperangan maka dia akan dinobatkan menjadi penguasa atau kapten di Bangsa kami. Karena pemimpin kami merupakan Klan Iser yang merupakan salah satu klan yang tangguh di Bangsa kami maka kapten menunjuk putra sulungnya sebagai penerusnya, dan dia merupakan orang yang tangguh, kuat dan bijaksana sehingga sudah mendapatkan kepercayaan penuh dari anggota klan kami. Sebagai gantinya, kapten memberikan putri Hera yang merupakan anak keduanya untuk dinikahkan untuk siapapun yang mampu mengalahkan pemimpin lawan.

Tentu saja banyak yang tidak setuju awalnya, bagaimana tidak, putri Hera memiliki fisik yang jelek dan gendut karena kebanyakan makan kurasa. Selain itu, wanita klan Iser memang terkenal oleh fisik mereka yang seperti pria dan tidak rupawan. Tapi mau bagaimana lagi, keinginan pemimpn adalah mutlak adanya. Oh kapten, aku berani bertaruh takkan ada yang mau membunuh pemimpin lawan itu dalam peperangan kali ini.

Perihal pemimpin bangsa Neresis yang kami juluki Kapten, itu karena bangsa kami juga merupakan bajak laut akibat tanah kami yang dulunya direbut bangsa lain sehingga kami diusir dan hidup di bagian hutan utara yang luasnya hanya seperlima dari luasan total wilayah kami. Sebagian dari kami berpindah-pindah melalui jalur laut dan kami juga merompak kapal yang berlayar di sekitar kami. Sesekali kami singgah di dermaga suatu pulau hanya untuk memeriksa kelengkapan kapal terutama kelengkapan tempur dan persediaan makanan. Sesekali singgah di suatu pulau terpencil untuk beristirahat mendirikan tenda dan memata-matai daerah persinggahan, jika keadaan memungkinkan kita mengadakan invasi.

Tetapi dalam peperangan kami sering gagal karena tidak ada ahli strategi dalam kawanan kami, bisa kubilang kami seperti suku barbar yang asal serang saja. Meskipun bangsa kami banyak terdapat klan-klan yang tangguh, yah tanpa strategi itu menjadi tidak berguna. Tanpa taktik dan perencanaan, bukankah sama saja dengan menyerang dengan konsekuensi kekalahan 90%. Ah,payah!!



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kebudayaan Atambua : Rumah Adat dan Kain Tais

Resensi Novel – Lolita by Vladimir Nobokov

How To Be A Lucky Man?